Minggu, 26 Juli 2009

langkah kaki

Saatnya kembali berkutat dengan blog dan facebook karena tingkat dua di fakultas ekonomi ini udah berakhir.
Sebenarna tulisan ini sudah ada dari jaman dulu saat penulis memulai niatnya untuk menulis. G banyak yang tertarik dengan tulisan ini mungkin alas an yang paling jelas mengapa penulis tidak pengen membagi cerita dengan teman-teman pembaca disini. Ini adalah kumpulan cerita misteri yang sempat dikumpulkan dan ditorehkan dalam tulisan oleh manusia mesum satu ini. Semoga teman-teman pembaca disini merasa terhibur dengan tulisan kecil nan imut ini. Sedikit pemberitahuan bagi mereka yang super penakut atau tidak tahan dengan hal-hal yang diluar jangkauan kecerdasan manusia masih diberi kesempatan untuk menutup mata dan menutup halaman ini serta mencari bahan bacaan lain. Penulis merasa tidak mau bertanggung jawab dengan apa yang terjadi apa-apa kepada para pembaca.
Dimulai dari keanehan rumah penulis sendiri kali ya..
Hari itu panas menyelimuti kota solo, entah panas itu dari ati yang emang lagi kesel atau karena matahari tertutup awan putih tebal yang berakibat lembabnya udara saat itu dan akhirya panas (setidaknya itu yang dikatakan oleh pak guru “jagoan neon” di SD ku tercinta). Pokoknya panas banget dah siang itu. Dan bisa ditebak jika ada awan tebal yang bikin panas itu terus berkutat berputar-putar dan berkumpul menjadi satu pasti ujung-ujungnya hujan deras mengguyur. Yah ditunggu aja deh begitu pikirku saat itu yang masih kelas 5 SD. Pulang dari sekolah yang saat itu masih sekitar jam 12 tidak menghalangi kakiku untuk segera pulang. Mungkin karena lapar yang menyerang dari pagi karena ga sarapan trus kelupaan bawa uang saku. Sampai dirumah ternyata tebakanku terbukti sangat tepat. Hujan deras langsung menghujam keras. Akirnya hujan juga, semoga udara panas yang terus membakar dari siang hari itu lenyap bersama air hujan yang mengalir ke selokan melalui lubang pasir yang ada. Nah ceritanya dimulai dari waktu hujan tersebut. Kebetulan waktu itu rumah masih kosong karena belum ada yang pulang sekolah dan adikku belum pulang dari bermain (sepertinya). Ternyata kudapati semua anggota keluargaku pergi ke tempat saudara dan sialnya pula mereka tidak bisa langsung pulang karena hujan terus mengguyur, kayaknya sampai malem deh tebakku saat itu juga. Mereka hanya meninggalkan aku dengan kakek nenekku yang mungkin saat itu lebih suka berada di kamar mereka sendiri, alhasil aku merasa sendirian di rumah.
Sampai pukul 19.00 mereka balum pulang juga, hujam memang belum reda, dan bahkan belum menunjukkan niatnya untuk reda, kini semakin deras dan deras. Sampai akhirnya sekitar jam 10 malam mereka belum pulang juga. Kalo dilihat memang hujan sudah tidak sederas yang tadi siang, tapi cukup bisa membuat orang basah kuyub jika berdiri tanpa dipayungi sesuatu dalam 20 detik hitungan. Saat itu aku mulai mengantuk dan mencoba untuk tidur. Tapi ketika aku mulai merasa sangat mengantuk dan siap untuk menuju alam bawah sadarku aku terusik dengan suara langkah kaki berat dan diseret yang ada dilorong dapur.
Sreet.. sreeett… sreeettt
Bunyinya sangat mengganggu. Ah mungkin nenekku sedang ke kamar kecil, letak kamar kecil memang sejalan dengan lorong dapur. Kulanjutkan tidurku dan lelaplah aku.
000
Sreeet..
Sreeet…
Sreeeeeeett…
Bunyi itu kembali terdengar olehku. Terbangun aku oleh suara yang semakin terdengan jelas karena hujan sudah bukan deras, hujan telah berhenti dan tidak ada bunyi tetesan air lagi. Aku sangat tahu sumber suara itu berasal daari lorong paling pojok dari rumahku, bunyi yang semakin lama semakin terdengar jelas itu membuatku penasaran siapa yang punya langkah berat tersebut. Tak piker panjang dan seperti tidak punya rasa takut, aku beranjak dari tempat tidurku. Ranjangku adalah ranjang yang cukup untuk tiga orang dan biasanya aku tidur bersama adikku dan ibuku, dan ketika aku melangkahkan kaki keluar darii kamar ranjang itu masih aku tiduri sendirian, kosong tanpa adik dan ibuku. Dalam benakku terpikir mungkin itu adik, ibu atau mungkin ayahku yang telah datang dari perjalannya. Sampai aku melewati pintu kayu jati kamarku aku masih belum bisa melihat siapa yang berjalan di lorong itu, tetapi terlihat dari bayangannya, ada yang melangkah dari arah dapur menuju ruang tengah rumahku. Siapa pikirku yang melangkah dengan berat dan terlihat sangat lelah itu, olehku, dia terlihat sangat kelelahan karena langkahnya yang sangat berat dan diseret.
Sreeeett..
Sreeettt..
“ibu?” kataku pelan.
Segera kuraih saklar lampu tengah. Tak jauh dari tempatku berdiri. Kalian semua pasti bertanya-tanya siapa yang dari dapur itu. Yang memang aneh jika ini diketahui orang-orang yang tak percaya takhayul tapi inilah yang terjadi saat lampu itu mulai menyala.
“Pat pat pat…” kau pasti tau kalau lampu neon tua dinyalakan maka lampu tersebut akan berkedip-kedip sejenak hingga akhirnya menyala. Sampai saat itulah buku kudukku berdiri. Saat kedipan lampu pertama sosok hitam tinggi yang aku lihat di cahaya terang yang tidak terlalu lama tersebut. Aku sempat tidak percaya dengan apa yang aku lihat itu. Tapi itu kurang jelas karena lampu kembali mati sejenak yang kemudian disusul dengan kedipan nyala kedua lampu itu. Tiba-tiba semua bulu kudukku kembali meninggi, berdiri dan kurasakan tubuhku bergetar dan meringding ketika pada kedipan sejenak itu aku lihat seorang yang mungkin manusia dan mungkin saja tidak. Tapi aku lebih suka menganggapnya manusia untuk menghilangkan rasa takutku. Sesosok badan tinggi dengan baju serba hitam dan terlihat tidak terawatt itu melintas didepanku. Ia berjalan menuju pintu depan sekan ingin keluar dari rumahku. Dan lampu kembali mati, kini lampu tidak segera menyala seperti pada kedipan pertama. Kini lampu itu mati lebih lama, dan kurasakan aku tetap merinding dan tetap terdiam tak bisa bergerak.
Pat
Lampu kini menyala sempurnya, dan aku kira akan menyala terus kecuali saklarnya kumatikan. Dan sosok hitam itu menghilang. Hilang tanpa jejak.
Sampai saat itu aku masih merinding sendirian di ruang tengah, pikirku mungkin benda aneh itu sudah menghilang, atau mungkin dia berhenti diruang tamu depan karena pintunya terkunci. Semua pikiran ini membuatku takut dan makin tidak bisa bergetak. Yah aku dari tadi masih berdiri tanpa bisa berkata-kata, bersyukur aku tidak mgompl ditempat.
Cekreeekk..
Kudengar pintu depan terbuka.
Blam!!
Kaget aku mendengar suara pintu depanku terbanting dengan keras, dan serentak dengan suara itu aku berlari kearah kamarku, tak peduli apapun, aku naik ke kasurku dan kuselimuti seluruh badanku dengan selimutku.
000
Yah sudah pagi kawan, mungkin cerita ini cukup dulu. Lain kali aku ceritakan hal-hal menakjupkan lainnya. Kau tahu, sampai sekarang aku masih merinding jika mengingat kejadian yang begitu cepat itu.

Depok, 26 juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar