Sabtu, 02 Mei 2009

Nasib seonggok sperma

Tak banyak yang tau kejadian malam itu. Hotel kumuh disamping gang kecil menjadi saksi perbuatan yang tidak bisa juga dibilang senonoh. Kamar hotel yang sudah tak berwarna putih cerah dengan hiasan karikatur tak jelas juntrungannya. Meja dan kursilah yang dapat menjelaskan peristiwa diatas kasur reyot dan berdecit tak karuan jika ditiduri. Dua manusia berbeda kelamin itu kini hanya bisa mengatur nafas yang saling terdesah-desah. Menikmati sedikit sisa-sisa surge dunia. Tapi dibalik semua itu mereka pastinya tidak memikirkan akibat dari kenikmatan mereka.
Cerminpun berkata sendiri, berani juga tuan bertubuh tambun itu orgasme di dalam. Entah itu istrinya sendiri atau bukan. Tapi cermim berkata lagi kalau perempuan itu bukan perempuan yang sama dengan perempuan yang dibawa kemaren hari. Tapi entah mengapa tuan bertubuh tambun itu dengan berani dan tanpa pikir panjang memuntahkan air maninya ke rahim yang tak pernah diurus. Tak pernah dipikirkan sebelumnya. Dan tak pernah dipikirkan akan membuahkan jabang bayi. Jabang bayi menanti dunia untuk dapat dilihatnya dengan gembira.
***
Tapi bukan itu yang harus dipelajari secara mendalam, setidaknya tidak sekarang. Mungkin besok, saat ada kejadian yang baru, atau mungkin besoknya lagi saat semua orang sudah mengetahui semua itu.
***
“kenapa kita harus berlari menuju rahim itu?”
“kenapa juga kita harus ikut arus ini?tak adakah hal yang bisa kita lakukan selain berlari, menyerang semua hal yang menhadang jalan kita?”
“peduli setan!bukanya kita memang diprogram untuk melakukan semua ini?”
Semua orang tentunya tidak dapat mendengarkan percakapan segerombolan sperma yang sedang berlari menuju rahim perempuan yang sudah kita bahas diatas. Sudahlah!jangan membahas kembali kejadian diatas. Sudah muak aku mendengarnya.
Sperma satu kembali bergumam dengan dirinya sendiri. Terbayang olehnya jika dia telah mencapai sel telur calon ibunya. Apa yang akan terjadi jika dia lahir ke dunia yang selau diimpikan oleh semua sperma yang berlomba berlari menuju garis finish bernama sel telur. Terbayang olehnya jika dia lahir didunia dicemoohlah oleh orang-orang yang belum ngetahui alasan kenapa dia lahir. Dasar anak setan!dasar murahan!anjing!dasar hewan!taik kucing! Padahal mereka belum tau mengapa dia harus lahir, mengapa dia harus bernafas dengan kedua paru-parunya. Setan kau! Kembali terngiang kemabali kata-kata itu di telinga sperma itu, walau sebenarnya dia sendiri belum mempunyai alat pendengaran yang dapat menangkap gelombang suara. Tapi kata-kata itu tetap terdengar jelas ditelinganya. Jelas seperti dikatakan dengan dekat. Jelas terdengar.
Sperma keduapun tak kalah berpikir keras apa jadinya jika dia mencapai garis finish sel telurnya. Memang masih jauh untuk ukuran sperma agar dapat mencapai garis finish itu, dan sebenarnya masih terlampau jauh untuk berpikiran yang tidak-tidak. Masih terlampau jauh untuk berpikir apa yang terjadi jika dia lahir. Tapi tetap saja sperma kedua ini berpikir keras. Sangat jauh berbeda dengan yang terpikir oleh sperma satu, yang terbayang dimatanya adalah hal yang sangat mengerikan. Terbayang di matanya, walaupun sperma itu tak punya organ menyerupai mata ataupun alat penglihatan sederhana tetapi kembali terbayang saat itu. Saat dimana dia mencapai sel telur, tetapi apa yang terjadi selanjutnya adalah manusia biadab yang telah membuatnya hampir lahir itu membuangnya dengan semena-mena. Menghancurkan darah dan dagingya sendiri, meghanyutkannya dengan larutan kimia yang telah menggoncang rahimnya sendiri. Mengguncang rahimnya sehingga daging itu tak cukup kuat untuk berpegangan erat. Apa mereka yang telah membuatnya itu tidak berpikir kalau hal iitu juga membahayakan dirinya sendiri. Apakah mereka juga tak berpikir nasib daging itu. Dan apakah mereka tidak sayang dengan darah daging yang berasal dari tubuhnya sendiri. Apakah mereka tidak miris melihat tubuh yang belum sempurna itu merasakan kotornya udara dunia. Kejam!biadab!kotor! sempat juga mulut sperma kedua ini melontarkan kata-kata pedas kepada tuannya. Mulut?sperma ini tak punya mulut. Ataupun organ sederhana yang menyerupai mulut, tapi kembali lagi ia lontarkan kata-kata pedas itu ke tuannya. Pedas. Kejam!biadab!kotor!.
Sekali lagi sebuah sperma punya cerita. Tak seperti cerita sebelumnya rupanya sperma satu ini punya cerita yang lebih menarik. Menarik. Setidaknya menarik menurutnya. Menarik gumamnya dalam hati. Tapi apakah sebuah sperma mempunyai hati, hati dalam artii yang sebenarnya ataupun hati dalam artian yang lebih dalam lagi. Sperma itu membayangkan hal-hal yang menyenangkan ketika dia sudah berhasil mencapai garis finish. Mungkinm juga karena hal itulah yang membuat dia tetap terdepan dalam perlananan panjang itu, begitu semangat dia berlari, begitu semangat hingga ia tak peduli lagi hal-hal yang akan menghadangnya. Terpikir olehnya jika ia telah lahir nanti. Tumbuh besarlah dia, tumbuh sehat karena tuan dari sperma itu mau bertanggung jawab dengan perbuatannya itu. Dihirupnya udara ruang bersalin dengan nafas panjang. Dilihatnya lampu operasi yang menyilaukan mata semuua orang, bahkan seorang dokterpun tak tahan jika haruis berlama-lama di bawah pancaran sinar itu. Merasakan dekapan dan belaian lembut tangan ibunya. Senyuman ibunya adalah hal yang paling dia nantikan. Dinantikannya. Ya , memang yang paling dinantikan karena semua sperma yang berlari bersamanya semua pasang muka serius, pasang muka persaingan. Senyum adalah hal yang paling dinantikannya. Maka terbanyangpun juga olehnya saat dia tumbuh sehat, berjalan dengan kedua kakinya, belajar bernyanyi dengan mulut mungilnya melihat penjuru dunia dengan kedua matanya yang masih cerah dan bersih. Kembali dia berpikiran indah, mengelilingi taman kecil dibelakang rumahnya dan bercakap-cakap dengan kedua orang tuanya. Tertawa karena lelucon-lelucon kecil. Tertawa terbahak-bahak hingga dia dapat melupakan kejadian di kamar hotel itu, dan melupakan percakapan antara kertas dinding hotel, meja, kursi dan berbagai barang yang terdapat di hotel tersebut.
***
Ya, memang sperma itu diciptakan untuk mengarungi rahim wanita. Ya, memang sperma diciptakan hanya untuk berlari menuju sel telur wanita dan memang begitulah sperma-sperma itu bersaing dengan semua sperma yang dimuntahkan ke dalam rahim wanita. Ya, memang begitulah mereka diciptakan. Memang seperti itulah mereka lahir dan memang seperti itulah mereka menjalankan fungsinya. Tapi apakah mereka hanya menerima semua itu dengan gembira. Dan apakah mereka sedih dengan tugas itu. Tapi memang seperti itulah mereka dilahirkan.
***
“aku tak mau hidup seperti ini!”
“gila aja!masak aku cuma jadi seonggok daging dan akirnya dipaksa melepaskan pegangan rahim ibuku sendiri”
“setuju aku! Aku tidak harus mencapai sel telur itu, aku tidak mau!lebih baik aku buh diri disini!biar aku makan racun rahim ini!biar yang lain yang mau saja, kalau aku tidak!tidak sekarang!tidak di rahim yang belum jelas ini!tidak dirahim ini!tidak”
“memangnya aku siapa!aku budakmu!bukan!aku sperma yang bebas tanpa tuntutan!bebas menentukan semuanya sesukaku!”
“g seharusnya tuan membuat kita berlomba lari disini!dasar sampah!muka monyet!”
Rupanya para sperma itu sudah tak bisa menahan amarah yang disimpan sekian lama, mereka marah karena perbuatan kedua manusia ini. Mereka marah karena mereka keluar dengan cara yang tidak seharusnya. Mereka marah karena mereka adalah korban yang kesekian kalinya, yang menyusul teman-teman mereka yang sudah dahulu-dahulu keluar dan tidak kembali lagi. Mungkin mati. Mungkin sudah berwujud anak kecil. Mungkin juga berwujud orang biadab yang sama seperti tuannya. Mungkin juga belum berwujud dan harus dikeluarkan. Mungkin sudah mati sebelum mencapai rahim. Mungkin..
***
“eh aku dulu donk!”
“eits aku dulu, kamu belakangan!”
“woi! Antri dong!aku kan yang keluar duluan!”
“eh teman-teman kalian ini kenapa harusberebut. Kita main sportif aja. Tidak perlu harus berebut.”
“eh ntar kalo dah nyampe mau ngapain kamu, kalo aku mau jadi anak yang baik dan penurut biar g seperti ayah kita ini”
“kalo aku pengen jadi insinyur biar bisa kaya dan gak perlu susah cari penghasilan kayak ibu ni, jula diri”
“kalo aku mau jadi kayak bapak aja deh, enak soalnya bisa main perempuan tiap malam, kan enak!”
Banyak juga yang mengungkapkan rasa senang mereka. Para sperma yang berjalan dengan cepat dan tanpa beban ini rupanya sangat mendambakan hidup yang serba enak. Walaupun mereka sendiri tidak begitu mengetahui nasib mereka selanjutnya karena entah siapa yang akan merawat mereka, entah apa yang akan mereka perbuat dan terlebih lagi mereka tidak pernah berpikiran bagaimana mereka bisa bertahan hidup nantinya jika mereka berhasil lahir dengan selamat. Yang mereka pikirkan hanyalah hal yang akan mereka lakukan setelah menjadi manusia nantinya. Dan mungkin dengan pikiran yang memenuhi pikiran mereka itulah yang membuat mereka dapat berjalan dengan cepat dan lantang menghadapi rintangan rahim si perempuan.
***
“Lari kawan”
“kamu duluan saja deh, aku dah ga mau lagi”
“semangat!semangat!”
“tak sudi aku!”
Dengan susah payah mereka berjalan.
Dengan susah payah mereka mencoba menghentikan langkah kaki mereka.
Dengan susah payah mereka menembus zat kimia yang dihasilkan rahim perempuan
Dengan susah payah mereka memakan zat kimia itu pula.
Walaupun dengan apa yang mereka lakukan, walaupun dengan segala cara yang mereka lakukan untuk menghentikan langkah mereka. Sperma-sperma yang tak sudi untuk hidup itu tetap tak bisa menghentikan langkah mereka. Ya, karena memang seperti itulah mereka diciptakan.
Walaupun dengan apapun yang mereka lakukan dan walaupun mereka sudah bersemangat layaknya api yang membara. Langkah kaki merekapiun tetap sama. Sama cepat dengan yang lain dan sama cepat dengan mereka yang bermaksud untuk menghentikan langkah mereka.
Ya, karena memang begitulah mereka diciptakan…
***
24 April 2009
Untuk sepatu UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar